Financial Distress: Pengertian, Indikator, dan Cara Mencegahnya

Financial distress adalah kondisi ketika perusahaan mengalami penurunan pendapatan, sehingga tidak mampu membayar utang dan kewajiban keuangan lainnya. 

Mengingat dampaknya cukup besar sampai bisa menyebabkan kebangkrutan, maka kamu harus mengenali indikator dan mengetahui cara mencegahnya. Artikel ini akan membahasnya secara lengkap untuk kamu, yuk belajar bersama!

Apa Itu Financial Distress?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai apa itu financial distress. Secara sederhana, dapat kamu pahami sebagai kondisi saat perusahaan atau bisa juga menimpa individu yang mengalami kesulitan keuangan serius dan tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya.

Kondisi tersebut mencakup kesulitan membayar utang, biaya operasional, atau menghadapi beban keuangan lainnya. Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, tentu bisa menjadi ancaman serius bagi kelangsungan bisnis.

Adapun tanda-tanda perusahaan yang mengalami financial distress adalah sebagai berikut:

  • Kesulitan membayar utang tepat waktu.
  • Kehilangan kemampuan untuk membayar gaji karyawan atau kewajiban lainnya.
  • Menumpuknya utang dan terjadinya pembayaran bunga yang tinggi.
  • Penurunan penjualan dan pendapatan secara signifikan.
  • Turunnya harga saham perusahaan secara drastis.
  • Penurunan kinerja operasional atau produktivitas dan laba yang berkelanjutan.
  • Kesulitan memperoleh kredit atau pembiayaan tambahan.
  • Perusahaan harus menjual aset atau melakukan restrukturisasi utang untuk bertahan.

Indikator Financial Distress

Berikut ini adalah 2 indikator financial distress pada perusahaan yang bisa kamu amati, yaitu:

1. Indikator Internal Perusahaan

Pertama, indikator dari pihak internal perusahaan yang biasanya mudah untuk dikenali. Nah, beberapa tanda-tanda kesulitan keuangan pada perusahaan yang dapat kamu amati dari pihak internal, meliputi:

  • Mengalami penurunan volume penjualan, karena kurangnya keberhasilan dalam menerapkan kebijakan dan strategi oleh manajemen perusahaan.
  • Berkurangnya kemampuan perusahaan untuk mencatat keuntungan atau melakukan transparansi kondisi keuangan.
  • Ketergantungan yang tinggi pada utang sebagai sumber pendanaan serta tidak memiliki dana cadangan untuk situasi darurat.
BACA JUGA :  Istilah Old Money dan Siapa Saja yang Menyandangnya

2. Indikator Eksternal Perusahaan

Sementara itu, beberapa tanda-tanda kesulitan keuangan yang dapat kamu kenali dari pihak eksternal adalah sebagai berikut:

  • Penurunan pembagian dividen kepada pemegang saham selama beberapa periode berturut-turut.
  • Laba perusahaan yang terus menurun dan mengalami kerugian secara signifikan.
  • Pemutusan hubungan kerja secara massal dengan karyawan.
  • Penurunan harga saham di pasar secara berkelanjutan.

Indikator financial distress dari pihak eksternal secara nyata yang dapat kamu perhatikan adalah pada kasus perusahaan Tupperware. Dilansir dari CNBC, dalam setahun terakhir, saham Tupperware mengalami penurunan hingga mencapai 90%.

Kemudian, pada tanggal 10 Maret 2023, saham perusahaan tersebut kembali mengalami penurunan sebesar 50%.

Pada contoh kasus yang menimpa Tupperware, tanda-tanda kesulitan keuangan dapat kamu kenali, terutama karena harga saham mereka mengalami penurunan secara berkelanjutan.

7 Cara Mencegah Financial Distress

Berikut ini adalah 7 cara mencegah financial distress yang perlu kamu pahami dengan baik, yaitu:

1. Lakukan Perencanaan Keuangan

Cara pertama, buatlah rencana keuangan yang baik dan realistis untuk perusahaan. Tentukan target pendapatan dan pengeluaran serta pastikan ketersediaan dana yang cukup sebagai cadangan untuk menghadapi kemungkinan situasi yang sulit.

Situasi sulit tersebut tentunya cukup beragam, seperti kenaikan harga bahan baku, ancaman bencana seperti banjir, kebakaran, tanah longsor, serta pembangunan infrastruktur baru yang dapat mengganggu operasional perusahaan.

Dengan memiliki dana cadangan, perusahaan tetap mampu mengatasi masalah tidak terduga tersebut. Sehingga, terbebas dari kesulitan keuangan.

2. Analisis dan Pengendalian Biaya

Selanjutnya, selalu lakukan analisis dan evaluasi terhadap biaya-biaya operasional perusahaan. Biaya operasional perusahaan mencakup gaji, bonus komisi, tunjangan karyawan, biaya peralatan, perbaikan tempat, maupun biaya sewa.

Pastikan bahwa biaya-biaya tersebut kamu kelola dengan efisien. Selain itu, kamu harus tetap menjaga uang tersebut agar anggaran yang perusahaan gunakan sesuai dengan yang telah para petinggi perusahaan tetapkan.

BACA JUGA :  Standar Rasio Keuangan Perusahaan yang Sehat dan Cara Mengukurnya

3. Manajemen Utang yang Bijaksana

Jangan terjebak dalam beban utang yang tidak terkendali! Jika perusahaan memerlukan pinjaman, pastikan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utang tersebut dapat terjamin.

Banyak perusahaan di Indonesia yang pada akhirnya mengalami kebangkrutan, karena terlilit utang. Sebagai contoh, PT Nyonya Meneer pada tahun 2017 dinyatakan pailit. Kondisi itu terjadi karena perusahaan jamu tradisional tersebut terlilit utang sebesar Rp267.000.000.000,00.

4. Identifikasi Potensi Risiko

Cara mencegah financial distress berikutnya adalah dengan mengidentifikasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Potensi risiko tersebut misalnya risiko pasar, risiko kredit, risiko operasional, dan sebagainya. Lakukan mitigasi risiko yang sesuai untuk mengurangi dampaknya.

Misalnya, dalam risiko persaingan pasar, tentu perusahaan harus melakukan beberapa langkah mitigasi. Di antaranya dengan tetap update dan mengikuti tren dalam bidang industri yang ditekuni.

Caranya, bisa dengan menganalisis kompetitor dan memanfaatkan media sosial. Pasalnya, banyak produk atau layanan yang viral berasal dari media sosial, sehingga mempengaruhi permintaan pasar.

5. Pengelolaan Arus Kas

Pastikan perusahaan menjaga kesehatan arus kas dengan melakukan pengelolaan kas yang cermat. Selain itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki cadangan kas yang cukup, agar tetap bertahan menghadapi situasi darurat.

Catat dengan rapi dan lengkap beserta bukti transaksi setiap pengeluaran maupun pemasukan. Dengan demikian, kamu dapat menjaga transparansi keuangan perusahaan.

Di samping itu, cobalah untuk melakukan evaluasi secara rutin bersama karyawan yang bertugas di bidang keuangan, agar mereka tidak lengah dalam bertugas. Berikan pula apresiasi yang cukup, supaya mereka meningkatkan kinerjanya.

6. Monitoring Keuangan secara Teratur

Meski sudah melakukan pencatatan keuangan dengan baik, bukan berarti kamu bisa mengabaikan begitu saja. Lakukan monitoring keuangan secara teratur, dengan menyusun laporan keuangan yang akurat dan selalu kamu perbarui.

BACA JUGA :  Apa Itu Side Hustle? Ini Contoh dan Cara Memulainya

Dengan demikian, kamu dapat melacak kinerja keuangan perusahaan serta mengidentifikasi masalah potensial secara cepat dan tepat.

Selain itu, pastikan kamu memisahkan keuangan pribadi dengan dana perusahaan. Apabila kekayaan pribadi kamu campur dengan kekayaan perusahaan, maka dapat menjadi masalah di kemudian hari.

7. Fleksibilitas dan Adaptasi

Dalam berbisnis, kamu harus paham bahwa bisnis selalu berada di lingkungan yang cepat mengalami perubahan. Oleh karena itu, penting untuk bersikap fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar atau ekonomi.

Sudah banyak contoh perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan, karena tidak melakukan inovasi. Misalnya, Kodak yang merupakan perusahaan di bidang fotografi mengalami kebangkrutan pada tahun 2012, karena tidak melakukan adaptasi dengan perkembangan zaman.

Sudah Makin Tau Financial Distress?

Financial distress adalah penurunan kemampuan finansial perusahaan dalam membayar kewajiban keuangan. Selain itu, kondisi tersebut mampu mendatangkan dampak buruk, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun semua pihak yang terlibat.

Dengan mengetahui indikator dari internal maupun eksternal, kamu dapat mengenali tanda-tanda kesulitan keuangan yang menimpa perusahaan. Sehingga, kamu dapat mencegah terjadinya penurunan keuangan pada perusahaan dengan 7 cara di atas secara efektif. 

Selain itu, pastikan juga kamu mendaftar asuransi terhadap aset-aset perusahaan, sebagai mitigasi risiko ketika terjadi hal-hal yang tidak kamu duga di kemudian hari, seperti kecelakaan kerja, bencana alam, dan lainnya.